Senin, 24 Januari 2011

Bahaya Predator Online

             Pagi-pagi Jenny (bukan nama sebenarnya) pergi ke sekolah seperti biasanya. Ketika pergi dia tidak banyak berbicara, kedua orang tuanya paham karena putri mereka akhir-akhir ini memang jarang berbicara. Mungkin anak mereka sedang stress menghadapi ujian nasional yang tinggal beberapa bulan lagi, atau Jenny mungkin sedang ribut dengan temannya di sekolah, demikian orang tuanya berasumsi tentang perubahan diri anak mereka. Waktu pergi ibunya memperhatikan tas sekolah Jenny kelihatan lebih penuh dari biasanya. Tapi Ibunya tidak menaruh curiga, mungkin dia membawa pakaian ganti karena mau belajar di rumah temannya, atau hari ini mungkin guru olah raganya menjadwalkan untuk pelajaran berenang. Kedua orang tuanya merasa tidak ada yang perlu dikuatirkan. 
              Menjelang malam ibu Jenny pulang dari kantor dan mendapati putri mereka belum ada di rumah. Mungkin dia agak terlambat, pikirnya. Setelah membersihkan diri dan beres sana dan beres sini, ibunya baru sadar kalo Jenny belum pulang juga, padahal jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Ibunya mencoba menghubungi telepon selularnya, tetapi telepon selularnya tidak dapat dihubungi. Ibunya masih mencoba berpikir positif, mungkin kehabisan baterei, namun rasa waswas mulai timbul. Semua anggota keluarga mulai ditanya satu persatu, ada yang tahu Jenny kemana, namun tidak ada yang tahu pasti.
Sekitar pukul 8 ayahnya pulang dan langsung mendapat laporan Jenny belum pulang. Mereka mulai menghubungi satu persatu teman-temannya. Teman-teman Jenny melaporkan sepulang sekolah mereka langsung berpisah. Tidak ada belajar bersama, tidak ada pelajaran berenang dan tidak ada kegiatan yang lain-lain. Orang tuanya semakin kuatir. Kemana putri mereka yang cantik. Setelah tanya sini dan tanya sana, tiba-tiba ada secercah titik terang, salah satu temannya menginformasikan, bahwa dia melihat Jenny pergi bersama seseorang naik sepeda motor. Temannya tak bisa mengenali pemuda itu karena dia memakai helm. Nomor polisi motornya juga tidak kelihatan jelas karena dia hanya melihatnya dari kejauhan dan banyak kenderaan yang berlalu lalang. Siapa gerangan pemuda itu dan apa hubungannya dengan putri mereka?
Keesokan harinya kedua orang tuanya buru-buru pergi ke sekolah Jenny. Bertanya pada teman-teman jenny, kalau-kalau ada informasi yang berguna untuk mengetahui keberadaan anak mereka. Tidak banyak informasi yang dapat membantu, kecuali salah satu temannya, Ria bercerita kalau beberapa minggu yang lalu Jenny pernah cerita kalau dia berkenalan dengan seorang pemuda melalui situs jejaring sosial facebook. Jenny juga mengatakan beberapa kali pemuda itu mengajaknya bertemu, tetapi Jenny menolaknya. Kemarin Ria mengajak Jenny nonton film bareng, tetapi Jenny tidak mau karena ada janji mau ketemu seseorang. Pemuda facebook itukah yang Jenny temui?
Kedua orang tua Jenny kemudian melaporkan kehilangan anak mereka kepada polisi. Polisi kemudian melakukan penyelidikan. Dari akun teman Jenny yang lain diketahui pemuda itu bernama Anton. Siapakah Anton ini? Kemanakah Anton membawa Jenny? Benarkah Anton ini nama sebenarnya atau hanya nama di dunia maya saja? Penyelidikan polisi kemudian menemukan jalan buntu. Terlalu sedikit informasi yang dapat digunakan untuk melacak keberadaan Jenny dan Anton. Akhirnya polisi menyerah. Jenny tidak pernah ditemukan kembali.
Anak remaja menjadi korban penculikan atau dibawa lari oleh orang asing yang dikenal melalui situs jejaring sosial facebook bukanlah berita baru. Puluhan kasus serupa telah terjadi sebelumnya dan masih akan terjadi lagi. Pertanyaannya bagi orang tua, siapa korban berikutnya? Setiap orang tua harus waspada, jangan sampai korban predator Internet berikutnya adalah anak mereka sendiri.
Internet memang memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Internet memberikan kemudahan-kemudan dalam melakukan transaksi perbankan, melakukan penelitian, belanja, berkomunikasi dengan kolega dan keluarga dan berinteraksi melalui jejaring sosial. Hal inilah yang menyebabkan jumlah pengguna Internet berkembang dengan sangat cepat.
Dibalik manfaat yang diberikan oleh Internet, Internet juga menyimpan bahaya yang besar. Selain berbagai bentuk kejahatan seperti penipuan, pencurian data-data penting, dan penyusupan ilegal, di Internet juga berkeliaran para predator online yang menjadikan anak-anak remaja sebagai target korban. Menurut Arsena [1] ada sekitar 50.000,- predator yang berkeliaran di Internet yang siap memangsa para remaja. Para pelaku kejahatan ini menggunakan chat room, blog, jejaring sosial dan media Internet lainnya sebagai sarana untuk mencari dan mendekati calon korbannya.

Modus Operandi
Internet merupakan sebuah media komunikasi yang sangat handal dan berpontensi besar untuk memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Namun ibarat sebuah pedang yang sangat tajam, dapat digunakan untuk hal-hal yang baik juga dapat digunakan untuk hal-hal yang kurang baik. Potensi Internet yang besar ini kemudian dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan dunia maya untuk mendukung tindakan kriminal mereka.
Dalam menjalankan aksinya, pertama-tama para predator Internet akan mencari calon korban melalui jejaring sosial, blog, chat room, email dan layanan internet lainnya. Agar proses pendekatan berjalan dengan mulus, maka para pelaku akan membekali diri dengan pengetahuan yang matang tentang hal-hal yang menarik bagi dunia remaja seperti musik, hobbi tertentu, dunia kuliner dan isu-isu lain yang menarik bagi remaja. Ketika melakukan aksinya, para predator internet ini akan bersikap penuh perhatian dan kasih sayang, suka memberikan hadiah-hadiah. Pelaku akan kelihatan sangat berempati pada permasalahan yang sedang dihadapi calon korban mereka. Dan untuk membuat setiap langkah pendekatan berjalan mulus, para predator internet akan menghabiskan banyak waktu untuk mencari tahu informasi sebanyak mungkin tentang korban dan mempelajari korban termasuk perilaku, keluarga, hobbi, dan kemudian memilih pola pendekatan yang lebih tepat. Setelah mendapatkan kepercayaan dan calon korban merasa dekat, pelaku mulai mengajak korban memperbincangkan hal-hal yang menjurus ke seks. Salah satu korban kejahatan dunia maya bahkan mau diajak menikah secara online oleh kekasih facebooknya sebelum pemuda itu kemudian melarikan korban tersebut selama tiga hari sampai akhirnya ditangkap polisi. Setelah perbincangan seputar seks menjadi panas, maka tidak sulit bagi predator untuk mengajak korban kopi darat dan kemudian membawa korban pergi tanpa sepengetahuan dan izin orang tua mereka.
Tujuan dari para pelaku kejahatan dunia maya sangatlah beragam, mulai dari aksi penculikan, melakukan hubungan seks, melakukan kekerasan sampai pada tujuan ekonomi seperti kegiatan human trafficking. Penderitaan yang dialami oleh korban juga beragam, mulai dari terjerat melakukan hubungan layaknya suami–istri, dipekosa, menjadi korban tidakan kekerasan, dijual dan dipaksa bekerja sebagai PSK dan bahkan sampai dibunuh.

Target Korban
Setiap anak yang mempunyai aktivitas online mempunyai resiko menjadi korban dari kejahatan Internet. Karena itu tidak ada alasan bagi orang tua untuk merasa aman bahwa anak mereka bebas dari ancaman para predator dunia maya. Sekalipun seorang anak kelihatan baik, pintar, penurut dan tidak pernah membuat masalah di rumah, remaja tetaplah remaja, mereka seringkali dapat didorong dengan mudah untuk mengambil keputusan spontan tanpa berpikir panjang yang dapat mengakibatkan konsekuensi yang sangat tragis, yang sangat mempengaruhi sisa hidup mereka. Karena itu, selama seorang anak remaja masih melakukan aktivitas di Internet, maka orang tua tidak boleh yakin sepenuhnya anak mereka belum berhubungan dengan para predator.
Sebagai peringatan, maka penting bagi orang tua mengetahui karateristik khas korban kejahatan dunia maya, dan melihat tanda-tanda apakah para pelaku sudah memasuki hidup anak mreka atau belum sehingga orang tua dapat mengambil langkah-langkah yang perlu untuk melindungi anak  mereka. Menurut Ryan [3], karateristik dari korban predator Internet adalah sebagai berikut:
§  Kebanyakan korban berada pada kisaran umur 12 sampai 15 tahun. Namun ini tidak berarti umur yang lain bebas dari resiko kejahatan Internet. Pada beberapa kasus ditemukan juga umur korban mencapai 18 tahun dan bahkan 23 tahun. Artinya rentang umur 12-15 tahun memiliki resiko paling tinggi, meskipun demikian umur di atasnya belumlah bebas dari resiko kejahatan dunia maya.
§  Korban dengan senang hati mengatur akun di Internet agar dapat dilihat oleh semua orang, menampilkan data-data pribadi secara lengkap seperti alamat email, alamat rumah, sekolah, tempat tinggal, dan bahkan nomor handphone. Korban cenderung terbuka dan ramah untuk menerima kontak dari orang asing.
§  Korban mempunyai kecenderungan penyendiri dengan teman-teman dekat di dunia nyata yang sedikit. Kebutuhan perhatian dan kasih sayang yang kurang, sehingga jika ada orang lain sekalipun orang asing yang bersikap baik, anak akan cenderung lebih mudah didekati.
§  Anak mulai merahasiakan kegiatan Internet mereka, biasanya aktivitas online dilakukan secara rahasia diluar pantauan orang-orang dekat.
§  Kebanyakan korban hanya memiliki sedikit akvitas dikehidupan nyata.
§  Korban cenderung menghabiskan waktu berlama-lama untuk online.

Namun perlu disadari bahwa jika anak remaja anda cocok dengan satu atau lebih karateristik di atas tidak berarti anak tersebut sedang menjadi target pelaku kejahatan Internet. Sebaliknya juga jika anak anda tidak sesuai dengan salah satu karateristik di atas, maka anak anda sepenuhnya aman. Sesuai atau tidak seorang anak remaja dengan karateristik di atas, orang tua harus selalu waspada dan terlibat aktif memantau kegiatan online anak remaja mereka.

Tindakan Pencegahan
Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi korban dari para pelaku kejahatan dunia maya. Melarang anak untuk tidak menggunakan internet pada zaman sekarang ini juga mustahil dilakukan. Jika orang tua tidak mengizinkan, maka anak remaja mereka akan menggunakannya ditempat lain tanpa sepengetahuan orang tua, dan hal ini jauh lebih beresiko untuk menjadi korban para predator Internet. Yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah berbicara kepada anak remaja mereka dan menjelaskan bahaya yang bisa saja terjadi jika anak tersebut berhubungan dengan orang asing yang dikenal melalui Internet.
Jika anak memiliki akun di situs jejaring sosial seperti facebook, orang tua harus memantau aktivitas anak di jejaring sosial, siapa saja teman-temannya dan apa saja yang mereka perbincangkan. Orang tua harus mengingatkan anak mereka untuk tidak berhubungan melalui situs jejaring sosial dengan orang asing yang tidak pernah mereka temui secara fisik sebelumnya. Di dunia nyata anak-anak diajari untuk tidak berbicara dengan orang asing, aturan yang sama juga sebaiknya diberlakukan di dunia dunia maya.
Data-data pribadi di jejaring sosial seperti tanggal lahir, alamat rumah, sekolah, nomor handpone, kota tempat tinggal dan alamat email seringkali digunakan oleh para pelaku kejahatan untuk mendekati korbannya. Karena itu perlu diingatkan kepada anak-anak, demi keselamatan mereka data-data tersebut tidak dibagikan di Internet secara bebas. Dan jika ada orang asing yang meminta data-data pribadi mereka, anak-anak harus diajarkan untuk tidak memberikannya tanpa izin dari orang tua orang tua mereka. Ada anggapan bahwa kota tempat tinggal tidaklah menjadi masalah jika dicantumkan di Internet. Tetapi perlu diketahui bahwa para pelaku kejahatan Internet hanya akan mencari korban mereka yang secara fisik berdomisili di sekitar mereka. Menyembunyikan kota tempat tinggal akan menghindarkan niat predator dunia maya untuk mendekati calon korbannya.
 Penempatan komputer di rumah juga dapat dimanfaatkan untuk memantau kegiatan online anak-anak. Penempatan komputer di ruang bersama di rumah memungkin orang tua memantau apa yang dilakukan anak ketika online. Hal ini akan mempermudah pengawasan. Sebaliknya jika komputer ditempatkan di ruang pribadi anak, maka anak-anak akan bebas menjalankan aktivitas onlinenya tanpa pengawasan orang tua. Sehingga orang tua tidak bisa memantau apa yang sedang mereka lakukan di dunia maya, dengan siapa mereka melakukan chatting dan apa yang sedang mereka perbincangkan. Apakah si anak sedang mengakses konten orang dewasa atau tidak.
Saat ini ada banyak aplikasi keylogger yang berfungsi untuk merekam semua aktivitas yang dilakukan di sebuah komputer. Aplikasi ini memungkin orang tua mengintip apa saja kata yang diketik oleh anak mereka dan aktivitas apa saja yang dilakukan di depan komputer. Aplikasi ini sering juga digunakan oleh para pelaku kejahatan dunia maya untuk mencuri data-data pribadi korbannya. Orang tua dapat memanfaatkan aplikasi tersebut untuk memantau aktivitas anak ketika bekerja dengan komputer dan bahkan mengintip password dari akun email dan facebook mereka. Dengan hak akses ke akun email dan facebook anak mereka, maka orang tua dapat melihat apa saja isi email yang diterima anak mereka dan siapa saja teman-teman mereka di jejaring sosial. Cara ini mungkin sedikit mengganggu privasi si anak dan membuat orang tua menjadi mata-mata bagi anak mereka sendiri,. Namun demi kebaikan anak maka hal ini tidaklah perlu terlalu dipermasalahkan. Bukankan orang tua wajib mengawasi dan mejaga anak-anaknya.
Komunikasi yang baik dan keterbukaan antara orang tua dan anak merupakan kunci pencegahan yang paling sukses. Jika komunikasi antara anak dan orang tua berjalan dengan baik, maka anak tidak akan segan-segan untuk menyampaikan apa saja yang mereka alami dan kejadian-kejadian yang ada dalam kehidupan mereka sehari-hari termasuk dengan siapa mereka berhubungan di dunia maya. Dengan komunikasi yang baik, orang tua dapat mengawasi dan mengingatkan anak mereka jika ada bahaya dari predator dunia maya yang mendekat.

Referensi,
1.      Arsena, P., Predators in Cyberland, www.safer-internet.net, diakses 28 Nopember 2010.

2.      Microsoft Online Safety, Online predators: Help minimize the risk, www.microsoft.com, diakses 25 Nopember 2010.

3.      Ryan, M., Is My Child A Target For Internet Predators?, www.talewins.com, diakses 29 Nopember 2010

1 komentar:

  1. Ini Yang ada di Buku Pelajaran TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI kelas 3 KTSP, bukan? ( Biar kayak yang di Facebook:V)

    BalasHapus